Monday, June 18, 2012

Ketika Penulis Islami disebut Sebagai Penulis Porno

Rahmadiyanti Rusdi

Sebagian media massa saat ini memang sungguh keterlaluan. Membuat berita dengan sumber yang dicomot sana sini tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Akhirnya masih ada media yang membuat pemberitaan yang membuat geram orang yang diberitakan tersebut. Semoga saja orang yang diberitakan sebagai penulis porno memiliki kesabaran tingkat tinggi. Sebenarnya yang menjadi permasalahan adalah adanya pengadaan buku tanpa diseleksi terlebih dahulu. Berikut informasi dari Rahmadiyanti dalam akun twiternya @sintingbuku.

1/16. Hingga hari ini masih ramai berita media ttg penarikan #bukuDAK dari perpustakaan SD. Ada 4 judul yg dinilai porno, bahkan sadis.

2/16. Empat buku tsb adalah: Ada Duka di Wibeng (Jazimah Al-Muhyi), Tidak Hilang Sebuah Nama (Galang Lufityanto)…. #bukuDAK
3/16. Tambelo: Kembalinya Si Burung Camar & Tambelo: Meniti Hari di Ottawa (Redhite K.). Dua buku pertama saya sangat kenal dgn penulisnya.
4/16. Jazimah & Galang adalah penulis yg memiliki integritas. Karya-karya mereka kental dgn nilai dakwah & syiar kebaikan. #bukuDAK
5/16. Kedua penulis (Jazimah & Galang) juga penulis yang anti buku porno. Jadi sungguh sedih sekali dgn pemberitaan media. #bukuDAK
6/16. Media dgn gegabah kutip sana-sini, tanpa tahu isi sebenarnya buku. Media teledor melabeli “cabul, porno, sadis”. #bukuDAK
7/16. Pdhl ke2 buku tsb sama sekali tdk mengandung pornografi. Memang, ke2 buku tsb tdk cocok utk anak SD, lebih tepat utk remaja. #bukuDAK
8/16. Sebab logika ceritanya membutuhkan penalaran tingkat remaja. Namun tdk serta merta lantas dituduh buku porno. #bukuDAK
9/16. Ada beberapa dialog istilah yg dikesankan porno (spt KB kalender, penyakti kelamin, dsb) padahal itu dlm konteks cerita. #bukuDAK
10/16. Penulis malah memberikan pesan utk menghindari seks bebas, pornografi, serta mengajak remaja kpd kebaikan & kebenaran. #bukuDAK
11/16. Jadi yg terjadi sebenarnya adalah: karut marutnya mekanisme & distribusi #bukuDAK. Buku kategori remaja masuk ke perpustakaan SD.
12/16. Ini jg memperlihatkan kurang pahamnya pelaku proyek #bukuDAK thd isi buku. Sudah rahasia umum marketing buku byk yg tak melek buku.
13/16. Menyedihkan sekali karena mekanisme proyek #bukuDAK yg kacau, penulis yg terkena tuduhan bahkan fitnah.
14/16. Media jg ikut memprkeruh dgn tak kroscek berita. Di satu sisi mulai byk buku yg ditulis penulis lokal dgn content yg vulgar. #bukuDAK
15/16. Beberapa buku yg jelas2 mengumbar pornografi, adegan vulgar-yg bahkan tak dilabeli “dewasa”-disanjung2 & dibaca byk remaja. #bukuDAK
16. Semoga menjadi hikmah, utk membereskan mekanisme & distribusi proyek #bukuDAK. Jg utk aware dgn buku2 yg “benar-benar” porno. #bukuDAK