Tuesday, April 12, 2016

MEMAKNAI LITERASI INFORMASI



Tulisan ini mencoba memberikan pemahaman tentang Literasi Informasi. Kata literasi berasa dari Literacy (keberaksaraan/kemampuan membaca). Information (informasi). Literasi Informasi adalah Melek Informasi atau seperangkat kemampuan atau pengetahuan
yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan informasi itu diperlukan untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi.

Pengertian lain dari istilah information literacy (IL) berangkat dari pemahaman dasar literacy dan information. Literacy menurut arti katanya dalam Bahasa Inggris mengandung makna huruf, melek huruf dan yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. Information menurut arti katanya mengandung sesuatu yang dikatakan, atau bagian dari pengetahuan (The Concise Oxford Dictionary, 1990). Literasi Informasi menurut American Library Association (ALA), merupakan serangkaian kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menyadari kapan informasi diperlukan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.

Dalam bahasa Indonesia, kata literacy diterjemahkan secara bebas menjadi literasi. Berbagai rujukan seperti kamus dan thesaurus yang ada, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dikarang oleh Badudu-Zain tahun 2001, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid 1 tahun 2009 dan Tesaurus Bahasa Indonesia oleh Eko Endarmoko tahun 2007, tidak ditemukan satu kata pun yang terdaftar kata “literasi” dalam kumpulan entri mereka. Jika mencari arti kata yang sama maknanya dengan arti “huruf” dan “kemampuan baca tulis”, maka istilah yang dapat digunakan adalah aksara dan keberaksaraan seperti istilah yang dijelaskan sebelumnya.

Kata “literasi” ditemukan dalam Kamus Bahasa Melayu Nusantara yang merupakan hasil karya kolaborasi tiga negara yaitu Brunei, Indonesia dan Malaysia pada tahun 2003 yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei di Bandar Seri Begawan. Entri “literasi”ini digunakan dalam Negara Brunei dan Malaysia yang berarti kebolehan (kemampuan) menulis dan membaca. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 4 tahun 2012 sudah tercantum penggunaan kata ‘literasi informasi’ masuk dalam ranah kosa kata bahasa Indonesia.


Informasi, jika ditelaah dari arti katanya, dalam Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia (2009) mencatat bahwa informasi merupakan suatu garis-besar, gagasan dari informare/informatum bermakna memberi suatu bentuk pada, menguraikan. Selain itu disebutkan pula bahwa dalam penggunaan umum, semacam pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman langsung, melalui studi, melalui pertanyaan-pertanyaan atau melalui pengkonsultasian suatu sumber informasi, seperti buku atau sumber yang tercetak maupun non cetak lainnya dan atau juga bisa disebut sekumpulan data yang tersusun dan dikemas menjadi suatu berita.
 
Istilah literasi informasi juga digunakan dalam dokumen UNESCO yang mendaftar berbagai sumber-sumber tentang literasi informasi dari berbagai negara. Zurkowski berpendapat bahwa orang yang terlatih dalam menerapkan sumber-sumber informasi dalam pekerjaan mereka, dapat dikatakan information literate.

Definisi literasi informasi juga banyak bermunculan. Dalam tulisannya, George (2013) mengungkapkan bahwa literasi informasi mencakup seperangkat keterampilan untuk memecahkan masalah ataupun untuk membuat keputusan, baik untuk kepentingan akademisi ataupun pribadi, melalui proses pencarian, penemuan dan pemanfaatan informasi dari beragam sumber serta mengkomunikasikan pengetahuan baru ini dengan efisien, efektif dan beretika.

Pemahaman dan implemetasi literasi informasi berawal dari kegiatan membaca di perpustakaan. Pada awalnya, anak-anak diajar untuk bisa membaca. Mulailah mereka diperkenalkan dengan deretan abjad A hingga Z. Pelajaran ini diberikan kepada para siswa sekolah dasar. Bahkan saat ini, guru-guru di Taman Kanak-kanak sebagian besar juga sudah mengajari para siswa kecilnya untuk membaca. Mereka belajar mengenal huruf, diikuti dengan mengkombinasi huruf hingga akhirnya mereka bisa membaca suku kata menjadi kata serta mengetahui artinya. Kata demi kata terangkai hingga membentuk sebuah makna kalimat, kemudian makna paragrap hingga akhirnya makna pokok-pokok pikiran dalam sebuah cerita.


Oleh: Muhammad Tawwaf (Pustakawan Riau Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2007)

Sumber: RIAUPOS.CO, 31 Maret 2016 - 10.07 WIB