Tuesday, April 12, 2016

MINAT BACA YANG RENDAH


Pemahaman dan implemetasi literasi informasi berawal dari kegiatan membaca di perpustakaan. Pada awalnya, anak-anak diajar untuk bisa membaca. Mulailah mereka diperkenalkan dengan deretan abjad A hingga Z. Pelajaran ini diberikan kepada
para siswa sekolah dasar. Bahkan saat ini, guru-guru di Taman Kanak-kanak sebagian besar juga sudah mengajari para siswa kecilnya untuk membaca. Mereka belajar mengenal huruf, diikuti dengan mengkombinasi huruf hingga akhirnya mereka bisa membaca suku kata menjadi kata serta mengetahui artinya. Kata demi kata terangkai hingga membentuk sebuah makna kalimat, kemudian makna paragrap hingga akhirnya makna pokok-pokok pikiran dalam sebuah cerita.

Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang terdata, satu tingkat di atas Bostwana untuk kawasan ASEAN.  Karena itu, kata Anies, perlu dukungan semua pihak untuk meningkatkan minat baca. Peran tiap orangtua penting untuk menjadikan keluarga membaca. Tiap sekolah juga harus membuat ruang membaca bagi peserta didik, termasuk perpustakaan.

Selanjutnya Pak Anis juga menyampaikan bahwa “Kita biasa membaca SMS, tetapi tidak membaca buku dan koran, jadi perlu cara-cara di luar kebiasaan, selalulah membawa buku dan koran ke mana-mana,” sarannya. Anies juga menyarankan perpustakaan bisa jadi kurator, guru, penginspirasi, penghubung agar minat baca meningkat di kalangan masyarakat.

“Pustakawan harus bisa membuat ekosistem di perpustakaan bukan jadi gudang menyimpan buku tetapi jadi nolits. Selain itu harus melek teknologi,” tambahnya.


Oleh: Muhammad Tawwaf (Pustakawan Riau Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2007)

Sumber: RIAUPOS.CO, 31 Maret 2016 - 10.07 WIB